Dari hari ke hari, platform sosmed kita semakin beragam. Banyak pilihan, banyak fasilitas, banyak kemudahan. Pemerintah yang membebaskan kita mengakses semua platform itu nyaris tanpa kontrol, membuat ruang sosmed seperti hutan belantara. Penuh potensi, sekaligus penuh bahaya. Kita sendirilah yang harus memilih jalan aman dan selamat.
Sosmed itu ruang publik yang bebas. Siapa saja bisa ngomong, posting, komentar tanpa sensor. Toh bebas itu bukan berarti tanpa aturan. Siapa saja yang bebas kebablasan pasti ujungnya bermasalah. 😃
Jadi, tugas kita sebenarnya itu melakukan sensor mandiri atas postingan kita, teman kita, hingga komen-komen yang mampir di rumah kita. Kita yang berhak menentukan model postingan apa yang mau kita lihat dan ikuti 😊
Pada awalnya, saya mengkonfirmasi siapa saja yang berteman, membebaskan orang mengirimkan apapun lewat beranda. Tapi lama-lama kok saya jadi ikutan capek hati melihat segala energi negatif (kemarahan, keluhan, kenyinyiran, fitnah, hoax, ujaran kebencian, dll).
Pelan-pelan saya mulai bersih-bersih dengan fasilitas blokir. Termasuk tidak mau ada energi negatif di komentar. Bahkan untuk mereka yang saya kenal di dunia nyata, kalau sibuk ngajak perang di sosmed, mending nggak berteman 🙏 *Eh, kalau kamu ngelakuin ini pastikan kamu nggak punya utang ya 😂
Dan akhirnya sosmed saya menjadi lebih ramah, lebih positif. Saya lebih senang melihat postingan gembira orang piknik, olahan masakan, piaraan, tanaman, prestasi, karya-karya, kenaikan karir-pangkat jabatan, dll hal bahagia.
Mereka pamer? Ya biar to… kan itu di sosmed mereka sendiri. Kenapa kamu yang ribet 😄😅 Senang lihat, like, komen. Nggak senang, yo lewatkan aja.
Kalau saya, asal positif kebanyakan saya like… soalnya pas like saya ikutan berdoa; Tuhan kasih saya juga yang baik seperti itu 😍😍 Dan ada banyak yang sudah dikabulkan Tuhan.
Sama-sama mikir, nulis, ngomong, yang baik baik ajalah. Kalau terwujud jadinya enak dan senang 😍
Bagaimana dengan sosmedmu? Sudah kamu bersih-bersihin? 🤔
.
Ari Kinoysan Wulandari