Lebaran: si Bungsu di Rumah Ibu

Lepas sholat Ied Hari Raya Idul Fitri tahun 2024 di masjid dekat rumah ibu. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Lebaran tahun ini saya mudik lebih awal daripada tahun-tahun sebelumnya. Karena Jumat aktivitas kampus sudah berakhir, saya sudah langsung teng go… jam pulang langsung pergi; meskipun cuti bersama lebaran dari pemerintah baru mulai hari Senin, 3 hari kemudian atau tanggal 8 April 2024.

Saya juga tidak menunggu saudara dan ipar saya untuk mudik dengan bermobil bersama. Yach, pulang naik kereta api. Sore hari saat tiba di Stasiun Tugu, suasana cukup ramai; tapi tidak terlalu penuh. Belum terasa arus mudik. Atau karena jalur kereta eksekutif tidak sepadat kereta ekonomi, saya kurang memperhatikan.

Perjalanan 4 jam dari Jogja ke Tulungagung ya nggak terasa, karena terjeda waktu buka di kereta. Saya membawa bekal makan minum sendiri, sehingga bisa buka dengan tenang. Oh iya, di kereta api Malabar yang saya tumpangi; tersedia juga gerbong makan dan mushola darurat. Jadi tenanglah kalau nggak sempat bawa bekal. Terus lalu lalang petugas yang menawarkan makan minum juga banyak. Pokoknya bawa duit aja aman sudah 😀🙏

Tiba di rumah ibu, saya beneran “makan dan tidur” kerjaan saya. Lha semua sudah ada. Sampai saya bingung, nanyain apa yang perlu saya kerjakan. Ah tidak ada. Ibu saya wes nyiapin jajanan lebaran jauh hari. Wes nyiapin aneka zakat dan sedekah berbagi juga jauh hari. Jadi di hari-hari terakhir Ramadan, saya beneran berasa bisa pol-polan ibadah tanpa perlu mikirin “nanti makan buka/sahur apa ya”. Di rumah orang tua, memang selalu beda.

Lalu jelang akhir Ramadan ibu saya minta agar saya ngecat tembok dapur. Yahahaha… pasti nggak percaya, kalau di rumah kami; nggak laki nggak perempuan semua harus bisa kerja. Mo urusan dapur sampai pertukangan listrik semua kudu bisa.

Karena nganggur ya saya kerjakan. Saya minta adik saya beliin catnya. Lalu nyiapin peralatannya; timba, kuas, kepi, dll. Saya lalu membersihkan tembok yang agak hitam kena bekas api masak memasak, mencucinya, baru mengecat dan membersihkan lantainya. Lumayan setengah hari kerja fisik pas puasa, berasa juga laper hausnya…😀🙏

Tapi ya senang karena ibu turut senang. Bukan nggak mau panggil tukang, tapi karena wes dekat lebaran dan kalau kerja cuma segitu nanggung pula bayar tukang. Dapur ibu pun jadi lebih bersih. Tembok depan samping tungku kompor jadi terlihat terang kembali.

Lalu lebaran tiba. Berasa beneran sepi banget rumah ibu. Karena empat saudara saya dengan pasangan dan anak anaknya masih pada di rumah mertuanya sana. Terus gitu, tetangga kiri kanan juga berasa sunyi karena pada mudik ke kampung halaman masing-masing.

Jadi saya berangkat sholat ied ya berdua dengan ibu. Pulang mohon maaf lahir batin. Berasa betul kalau sebutan “si kecil” ini kena di saya. Si bungsu yang belum menikah yang harus tinggal sama ibu saat lebaran 😀🙏

Lalu saya mendoakan untuk almarhum bapak saya yang berpulang pas lebaran, hampir 15 tahun silam. Masih tetap terasa sedihnya saat itu. Tapi ya kita tidak bisa mendikte takdir. Allah sudah mengatur semuanya dengan baik.

Lalu berhamburanlah tamu tamu datang sampai tidak ada jeda. Ya ampun, kaget saya dari mana asal orang orang itu pada datang di rumah ibu. Oh ya, biasanya juga begitu. Tapi kalau ada saudara-saudara saya, jadi nggak perhatian. Ini karena sendiri sama ibu saja jadi tahu kalau keluarga besar kami itu banyak banget. Orang Jawa, garis ibu atau bapak semua dihitung 😀🙏

Sekurangnya lebaran pertama saya beneran sibuk jadi tukang laden dan juru foto dadakan. Ditertawakan banyak keluarga karena “lebih gemuk” dibandingkan tahun tahun lalu. Ah ya, sebenarnya bukan lebih gemuk tapi mungkin mereka melihat saya lebih gembira saja dibandingkan sebelumnya.

Tamu tamu masih terus datang. Dan tentu rumah ibu akan penuh sesak kalau pasukan dari saudara dan ipar ipar saya beserta seluruh anaknya sudah datang ke rumah ibu. Dan tentu si bocil bocil pasti dengan enteng mengkavling kamar saya sebagai tempat tidur mereka. Belum teriakan makan ini itu yang kurang. Siapa yang kelamaan di kamar mandi. Angpaoku mana. Mainanku di mana. Dll keribetan yang khas lebaran.

Lebaran ya setipe begitu dari tahun ke tahun. Tapi selalu bikin rindu kita untuk pulang ke rumah orang tua. Happy Iedul Fitri. Selamat berlebaran. Mohon maaf lahir dan batin. ❤️🙏

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *