Beginilah Sebaiknya Ending Cerita

Ending Cerita Rakyat biasanya sudah ada pakemnya.

Dari banyak bagian cerita, menulis ending kadang menjadi hal yang sulit. Ending sering menjadi ingatan panjang atau dilupakan begitu saja oleh pembacanya. Oleh karena itu, membuat ending perlu perhatian ekstra. Mari kita cek-cek tentang ending.

  1. ENDING atau akhir cerita sering menjadi bagian yang ditunggu-tunggu oleh pembaca atau penonton film. Jadi, jangan sia-siakan harapan mereka. Berikan ending yang sangat surprise atau tidak terpikirkan oleh mereka.
  2. ENDING merupakan bagian fiksi yang sangat penting. Ini dapat menjadikan cerita bisa ditulis atau menghentikan tulisan kita.
  3. JK Rowling menulis ending serial Harry Potter sebelum buku pertamanya diterbitkan. Cara ini membuatnya yakin bahwa seluruh peristiwa yang terjadi sebelumnya haruslah menuju ending dan membimbingnya untuk menulis serial yang panjang tersebut.
  4. Menulis novel bisa dimulai dari ending terlebih dahulu. Sebagian besar penulis melakukan hal ini, karena dengan demikian ia tahu apa tujuannya menulis. Menulis novel dengan ending lebih dulu, biasanya juga membuat lebih semangat karena “seolah-olah cerita sudah selesai”.
  5. Pada saat merancang ending, kita harus yakin dan membuat ending yang efektif sesuai dengan plot serta planning cerita dari awal.
  6. Pada umumnya ending terdiri dari tiga jenis, yaitu HAPPY ENDING (bahagia), SAD ENDING (sedih), dan CLIFF HANGER (menggantung, terbuka, diserahkan pada persepsi pembaca atau penonton).
  7. Setiap penulis bisa memilih jenis ending yang paling disukainya. Tidak masalah apakah happy ending, sad ending, atau cliff hanger, yang penting penyajiannya istimewa. Bisa diambil dengan ungkapan-ungkapan yang istimewa atau peristiwa yang luar biasa.
  8. Kadang-kadang naskah yang sudah selesai berbulan-bulan, masih dibiarkan oleh penulisnya karena merasa belum mendapatkan ending yang pas dan sesuai.
  9. Ending mungkin hanya bagian kecil. Namun dampaknya luar biasa. Ending sering menjadi bahan pembicaraan dan diskusi dibandingkan dari keseluruhan cerita dalam sebuah novel. Jadi, berikan porsi yang lebih banyak untuk menggarap ending agar mendapat ending yang terbaik.
  10. Cara membangun ending yang efektif:
    Ini hanya contoh format untuk penulisan cerita fiksi yang sederhana, anda bisa mengembangkan sendiri.

OPENING:
Tiga orang pendaki memutuskan untuk mendaki Puncak Mount Everest karena hanya gunung ini yang belum mereka taklukkan.

BUILD UP:
Mereka mulai mendaki tanpa mengatakan kepada siapapun, karena mereka tahu hal itu berbahaya dan pasti akan dilarang oleh keluarga mereka.

DILEMMA:
Satu pendaki jatuh, tetapi dapat diselamatkan dari kematian. Sayangnya, dia terluka parah dan kakinya patah.

EVENTS:
Tiga pendaki terpaksa menghabiskan malam dengan tidak nyaman di gunung. Suhu dan cuaca memburuk. Pendaki yang terluka dan patah kaki, semakin parah sakitnya.

ENDING:
Happy Ending
Salah satu pendaki memiliki suar untuk meminta pertolongan dan ketiga pendaki dapat diselamatkan oleh tim penyelamat.

Sad Ending:
Helikopter datang menyelamatkan mereka, tapi sudah terlalu terlambat. Pendaki yang terluka meninggal.

Cliff Hanger:
Pendaki yang terluka menyuruh kedua pendaki lain turun mencari bantuan. Yang terluka tinggal sendirian dan berusaha menahan sakit. Apakah dua pendaki yang turun akan kembali dan menolongnya?

Nah, kalau ingin cepat mahir membuat ending, anda bisa berlatih membuat ending dari cerita tersebut. Menulis adalah masalah praktik dan berlatih. Teori penulisan hanya pendukung agar kita tidak salah jalan.

Happy Writing, Be a Good Writer 🙂

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *