Apakah wajib menulis menggunakan outline? Jawabannya jelas tidak wajib. Ada sejenis penulis yang otaknya sudah dengan detail menyimpan outline tulisannya. Jadi dia tidak “bikin” outline fisik lagi.
Sementara penulis yang lain, merasa menggunakan outline itu wajib. Sudah ada outline saja, masih ke sana ke sini nulisnya; apalagi blank tanpa persiapan.
Nah, mari kita cek pentingnya menggunakan outline saat menulis. Sekali lagi, outline tidak wajib; tapi kalau mau tulisan selesai lebih cepat; buatlah outline yang rapi.
- Jangan percaya kalau ada penulis yang mengatakan kalau ia tidak memerlukan outline atau draft kasar untuk penulisannya 🙂 Kalaupun ia mengatakan seperti yang setipe “tidak pakai outline” itu pasti karena ia sudah terlatih menulis secara proporsional dan biasanya penulisan yang “tidak terlalu sulit” atau “sederhana”. Dengan demikian, ia cukup kuat menyimpan semua draft penulisan dalam ingatan atau memori otaknya.
- Sebelum membuat outline, patuhi aturan ini: miliki keberanian menulis buruk karena itu proses menuju menulis yang terbaik.
- Bagi yang terbiasa menulis, outline sering sudah cukup untuk menjadi “proposal” kepada pihak ketiga. Tentu saja dengan presentasi yang benar.
- Selesaikan membuat outline secepat mungkin. Kita dapat melihat gambaran lengkap cerita. Ini akan membuat kita lebih semangat.
- Mantapkan outline semaksimal mungkin. Dengan begitu, kita tidak tergoda mengubah-ubah cerita pada saat menulis.
- Outline memberikan kepada kita bentuk “pasti” dan “terlihat”. Kita mudah menambah bagian yang kurang dan mengurangi bagian yang berlebihan.
- Outline adalah penyelamat kita dalam penulisan. Setiap kali kita mulai bawel “ke sana sini” maka outline akan mengingatkan kita, ke mana cerita hendak dibawa.
- Outline membantu kita untuk memikirkan tentang struktur yang benar dalam cerita, bagaimana opening, konflik, karakter, ending, dll.
- Dengan outline, kita dapat membayangkan cerita dari awal sampai akhir, sekaligus memikirkan berapa lama kita akan menulisnya.
- Outline akan menolong ketika kita menulis dalam waktu yang panjang. Kita tak perlu menyimpan “cerita” dalam ingatan kita. Cukup melihat kembali outline dan bisa kembali menulis.
Happy Writing, Be A Good Writer 🙂
Ari Kinoysan Wulandari
Please follow and like us: