Banyak orang lebih memilih menulis cerpen daripada bentuk tulisan lainnya. Karena menganggap menulis cerpen bisa pendek, lebih mudah, bisa sekali duduk menulis hingga rampung, nggak banyak konflik. Tapi apa siy sebenarnya cerpen itu?
- Cerpen adalah cerita pendek, fiksi berupa prosa dan biasanya disebut lengkap dengan “prosa naratif fiktif”. Tapi sebutan itu tidak populer dan lebih sering disebut cerpen.
- Umumnya cerita pendek sekitar 8-10 ribu karakter. Aturan ini bisa lebih kurang sesuai dengan format dan kepentingan.
- Cerpen memiliki opening, inti konflik, dan ending. Porsi ini harus dipikirkan agar berimbang dan membaca cerpen menjadi menyenangkan.
- Kisah dalam cerpen tidak boleh “terlalu beda jauh” dengan kisah sehari-hari. Kalau beda jauh akan menjadi aneh dan janggal.
- Tema cerpen sebaiknya tidak “klise”. Atau kalau terpaksa mengangkat tema klise, pastikan menggarapnya dengan cara yang “istimewa”.
- Ide cerita cerpen biasanya berasal dari “karakter yang menarik” atau “plot yang keren”.
- Cerpen yang bagus biasanya ada “pesan moral” yang tersirat, bukan tersurat. Pesan moral adalah kesimpulan yang ditarik oleh masing-masing pembaca setelah membaca cerpen. Bukan quote, petikan ayat-ayat, doktrin, dll.
- Cerpen umumnya menggunakan dialog lebih banyak daripada narasi. Perbandingan dialog biasanya 70:30, 80:20 atau 90:10 bahkan ada cerpen yang 100 persen isinya dialog semuanya.
- Cerpen menggunakan bahasa yang sederhana, praktis, lugas, dan to the point. Jangan bebani pembaca dengan kata-kata puitis yang maknanya tidak langsung diketahui.
- Ending harus surprise sehingga pembaca terkesan. Berbeda dengan novel, cerpen sebaiknya endingnya tegas, sad ending atau happy ending. Ini bukan aturan baku, tetapi saat membaca cerpen umumnya orang ingin mendapatkan kepastian apa yang terjadi pada tokoh utamanya.
Menulis satu cerpen setiap minggu sepertinya bisa jadi hadiah untuk menjernihkan pikiran 🙂 Selama satu tahun anda bisa menulis 50 an cerpen yang bisa dibukukan jadi 5 judul buku berbeda. Betapa menyenangkan 🤩
Ari Kinoysan Wulandari
Please follow and like us: