Menulis cerita untuk anak, sedikit berbeda dengan penulisan fiksi lainnya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.
- Ending cerita anak umumnya bahagia. Anak anak suka dunia yang gembira dan menyenangkan.
- Anak-anak tidak senang membaca cerita dengan karakter favorit berakhir sedih atau buruk. Namun dengan berbagai pengolahan cerita, anak perlu dibawa mengerti hidup tidak selalu “seperti dongeng”.
- Lihat dunia dengan perspektif anak. Sudut pandang anak berbeda dengan remaja atau orang dewasa. Mereka perlu semua hal yang mungkin dan menyenangkan.
- Jelaskan tempat-tempat dan karakter sehingga pembaca dapat membayangkan hal tersebut dengan “cara mereka sendiri”. Semakin detail “pertunjukannya” semakin baik jadinya.
- Sebisa mungkin gunakan kosakata yang riil dan mudah dipahami. Kosakata abstrak sangat menyulitkan anak, terutama anak-anak di usia dini.
- Alam dan kehidupan dalam cerita anak sering digambarkan sebagai sesuatu yang “cerah, membahagiakan, warna-warni, optimis.”
- Atribut atau unsur-unsur “gelap” dalam cerita anak, tetap diperbolehkan asal kemasannya menarik anak. Seperti cerita Where the Wild Things Are atau seri Goosebumps.
- Judul biasanya sesuai isinya. Anak anak sangat praktis, berpikir, berbicara, bertindak “apa adanya”.
- Kalimat biasanya pendek-pendek dan praktis. Panjang cerita pun tidak terlalu panjang karena umumnya disertai gambar yang menarik.
- Jadikan anak-anak yang sesuai umur segmentasi naskah sebagai first reader. Perhatikan komentar mereka tentang cerita tersebut.
Menulis buku anak kadang lebih menantang dan perlu usaha lebih banyak dari penulis. Biasanya penulis yang sudah dewasa “perlu ekstra keras” untuk menyelami dunia anak. Masa kecil si penulis (di masa lalu) tentu sangat berbeda dengan masa kecil anak-anak di saat cerita ditulis (di masa sekarang).
Happy Writing, be a Good Writer 🙂
*Parkit Si Raja Parakeet
*Putmaraga Yang Durhaka
*Asal Mula Sumber Garam Sepang
*Asal Mula Tari Patuddu
*Main Gasing Yuk
*Sangi Si Pemburu
Ari Kinoysan Wulandari
Please follow and like us: