Penulis harus baca banyak buku. Iya, betul. Wajib malah. Eeh, tapi apa untuk baca buku harus beli? Tentu tidak. Baca buku dan beli buku adalah dua hal yang berbeda. Umumnya, penulis memang memiliki banyak koleksi buku. Toh koleksi itu akan sia-sia kalau buku-buku tersebut tidak pernah dibaca.
Jadi, bagaimana solusinya?
Mudah saja. Di manapun anda tinggal, pastikan anda tergabung di perpustakaan atau taman bacaan terdekat. Kalau koleksi di perpustakaan tersebut kurang lengkap, anda bisa bergabung dengan perpustakaan lainnya.
Selain itu, karena sekarang zaman digital dan banyak buku digital yang bisa diakses dengan gratis, anda harus memanfaatkannya. Ada jutaan judul buku digital yang bisa kita dapatkan dengan gratis, baik yang berasal dari dalam maupun luar negeri.
Kalau masih dirasa kurang dan pengin memiliki buku tertentu, anda bisa menabung dan membeli buku saat uangnya sudah memadai. Terlebih sekarang membeli buku digital bisa per bagian, tidak sekaligus. Jadi terasa lebih ringan dengan membeli bab demi bab yang anda butuhkan.
Pengin dapat support buku dari penerbit? Jadilah tim resensi mereka. Anda bisa dapat buku terbitan terbaru dengan gratis. Biasanya penerbit mayor menyediakan fasilitas ini.
Cara lainnya, anda bisa bergabung dengan beberapa teman membentuk arisan buku sesuai dengan kesepakatan. Bisa memutuskan untuk membeli buku secara bersama-sama lalu dibaca bergantian.
Yach, intinya ada seribu satu jalan untuk membaca. Yang sering terjadi adalah masalah waktu membaca; meskipun sudah punya banyak koleksi, akan sia-sia kalau tak pernah anda baca. Koleksi buku saja tidak akan memberi manfaat bagi tulisan anda.
Tambahlah waktu membaca. Kalau perlu catat dan buat ringkasan atas tiap bacaan yang telah anda selesaikan. Pasti, suatu saat akan banyak manfaatnya.
Intinya, kalau niat membaca; maka baca buku pun bisa jadi ringan dan murah. Kita juga bisa mendapatkan banyak pengetahuan, manfaat, kawan, dan tentu saja pengalaman batin yang tidak dimiliki oleh mereka yang tidak membaca buku.
Ari Kinoysan Wulandari