Dialog dalam Fiksi

Gambar hanya sebagai ilustrasi. Dokumentasi Ari Kinoysan Wulandari.

Dialog dalam Fiksi bisa menjadi kekuatan cerita. Dialog dalam naskah bisa memajukan cerita dengan cepat. Dialog dalam naskah dapat mewakili karakter-karakter dalam cerita. Dialog dapat menggantikan setting tempat, suasana, budaya, dll dengan praktis. Dialog yang baik dan natural adalah kekuatan utama dalam tayangan audio visual. Monggo silahkan dicek satu per satu yang berkaitan dengan dialog berikut ini, biar kita punya gambaran yang lebih banyak tentang dialog.

  1. Dialog adalah percakapan antar tokoh dalam cerita. Omong-omong karakter dalam cerita fiksi.
  2. Dialog merupakan salah satu kekuatan cerita. Bahkan dalam produksi audio visual (sinetron, ftv, film) dialog merupakan kekuatan inti yang bisa memajukan cerita dengan cepat.
  3. Sehari-hari kita selalu mendengar orang bicara dalam berbagai versi. Pernahkah memperhatikan masing-masing? Semestinya seperti itu pula dialog kita dalam cerita. Natural dan apa adanya.
  4. Apakah dialog cerita kita sudah natural dan apa adanya? Bagus kalau begitu. Tetapi, bagaimana kalau tidak dan rasanya semua sama saja? Mungkin anda harus mengecek ulang perhatian anda pada orang-orang di sekitar.
  5. Dialog bagus haruslah sederhana, mudah, praktis, tidak bertele-tele, dan memajukan cerita.
  6. Dialog yang panjang dan bertele-tele akan sangat membosankan, melelahkan dan tidak apa adanya. Biasanya orang berbicara pendek-pendek, meskipun dalam waktu lama. Apalagi kalau karakternya “pendiam” dialog akan semakin irit.
  7. Dialog orang satu dengan orang lain sangat berbeda, kita harus memperhatikan usia, latar belakang, tingkat pendidikan, jenis kelamin, asal geografis (orang Medan dan orang Papua, tentu beda logat bicaranya), gaya bicara, dan karakter personal (ceriwis, pendiam, dsb).
  8. Antar karakter utama, berikan porsi dialog yang berimbang. Saya pribadi cenderung menguatkan novel dengan dialog. Dialog lebih praktis untuk menyelesaikan novel dengan cepat.
  9. Semakin irit kosakata dalam dialog, sering kali lebih baik. Kadang-kadang “diam” lebih powerful daripada “tanggapan”. Jika satu karakter mengatakan “Aku cinta padamu,” dan orang lain tidak mengatakan apa-apa, sering lebih kuat daripada respon seperti “Aku juga” atau “Oke.” Atau kalau harus memberi respon berilah dialog yang istimewa, misalnya, “Aku tahu sejak lama.”
  10. Bagaimana cara berlatih membuat dialog yang bagus? Rekamlah pembicaraan orang sehari-hari dan tuliskan. Baca novel keren lebih banyak, tonton film bagus lebih sering; lalu contohlah dialognya. Berlatihlah sesering mungkin, nanti akan terbiasa.

Selamat mengutak-atik dialog naskah fiksi anda 🙂

Ari Kinoysan Wulandari

Please follow and like us:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *