Membelanjakan Uang Dengan Gembira

Makin kita gembira, makin sering mereka datang. Dokumentasi Ari Kinoysan


Saya tentu memiliki uang untuk biaya hidup sehari-hari. Jumlah uang saya pun masih bisa diketahui dengan mudah. Karena uang operasional hidup setiap bulan ya segitu gitu aja. Tidak banyak.

Terutama kalau urusan biaya rutin, seperti sedekah, orang tua, telepon, internet, listrik, air, iuran-iuran RT, iuran-iuran member, bayar biaya anak-anak (asuh) sekolah, transportasi, kebutuhan pokok, pajak-pajak, investasi buku dan ilmu, dll yang sudah tertentu jenis “keperluannya” dan tiap bulan harus ada, harus dibayar, demi hidup yang sekurangnya “layak” dan “tenang”.

Tentu saya juga punya kebutuhan yang tidak tertentu. Kebutuhan yang cenderung jadi “keinginan” bila anggaran pokok operasional ternyata tercurah untuk dana darurat dadakan. Misalnya kondangan yang datang mendadak, layatan, tilik bayi, tilik orang sakit, kado ulang tahun, nyumbang, rewang dll di hari-hari yang dianggap baik. Biyuuu…. kalau lagi banyak undangan tuh, kayaknya kok beruntun saja.

Ya begitulah hidup bermasyarakat. Ada dana sosial yang harus kita siapkan. Dan ya itungan logikanya itu jumlahnya tidak sedikit.  Jujurly, kalau tidak ingat strick menjaga lalu lintas duit saya sebagai freelancer, pasti wes saya tetep ambil-ambil duit saya yang kelihatan “masih ada” atau ya ambil beragam pinjaman. Toh itu pilihan yang nggak saya lakukan, karena saya ingat pasti nanti lebih mumet bayar-bayarnya.

Jadi saya nggak memaksakan diri. Kalau duit yang semula untuk kebutuhan tidak tetap itu, terpaksa untuk dana darurat dadakan, ya wes ben. Selama keinginannya bukan yang urgent, tidak apa-apa menunda bulan depan atau bulan depannya lagi.

Kenapa kok bisa berpikir begitu? Ya karena kan bulan depan sudah pasti ada anggaran baru lagi. Jadi tinggal pakai saat itu. Kenapa nggak dipakai bulan yang sama saat terjadi banyak kondangan?

Itu akan bikin lalu lintas duit saya “kacau” lagi. Dan saya tidak akan terlatih atau terbiasa untuk membedakan mana “kebutuhan” dan mana “keinginan”.

Dengan beragam “aturan keuangan” untuk diri sendiri itu, apakah saya merasa tertekan dan berat hati? Alhamdulillah kok tidak ya. Karena saya membelanjakan semua uang itu dengan gembira. Mensyukurinya saat mendapatkan maupun saat membelanjakan.

Dan energi syukur sukacita gembira itulah, yang entah bagaimana bikin uang uang itu selalu rajin datang dan datang lagi. Alhamdulillah 😀🙏 Versi saya, karena semua kebutuhan saya terpenuhi dan masih ada “tersisa” uang yang tenang, itu ya berarti saya sudah kaya.

Duus, kalau ada yang mau pinjem pinjem pun, saya tidak akan  mengatakan “nggak ada uang”, tapi bilang apa adanya, “nggak ada anggaran untuk minjemin uang ke kamu”. Karena kalau bilang nggak ada uang, takutnya itu jadi doa yang mewujud… hih, serem lah….

Jadi ya saya bilang saja memang tidak mau meminjamkan uang atau tidak ada anggaran kasih pinjam orang. Hayaaa…. sad**? Aaah, ini juga karena sudah berulang setiap minjemin uang jadinya saya yang malah repot.

Entah jadi bertahun-tahun. Entah duit utuh sekian banyak, balikinnya seincrit-incrit, atau ngomelnya lebih ekstrim kepada saya… halah mbok sudah, mending diprenguti di awal karena nggak minjemin duit.

Jadi kalau saya ditanya bagaimana biar hidup cukup uang dan tenang sepanjang bulan? Ya, hiduplah sewajarnya. Aturlah keuangan dengan rapi dan tertib, tapi juga nggak usah ngirit ngirit banget. Karena duit itu makin dihemat-hemat, makin sulit datangnya.

Kalau saya, pas ada uang, pingin ini itu… selama masih di koridor aman, ya turuti saja. Pingin bantuin orang, ya lakukan saja. Pingin beliin sesuatu untuk orang, ya beli saja. Dengan gembira ya… ❤️

Karena gembira itu membawa energi kemakmuran. Uang datang lebih mudah pada orang-orang yang bahagia. Uang lebih sering datang pada orang yang rajin berbagi.
Jadi, ingatlah untuk selalu membelanjakan uang dengan gembira. Biar dia cepet kembali memenuhi rekeningmu 😀🙏
 
Ari Kinoysan Wulandari
 
Please follow and like us:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *